get app
inews
Aa Text
Read Next : HIKMAH JUMAT : We Are The Champions

HIKMAH JUMAT : Manusia yang Merugi di Bulan Ramadhan  

Jum'at, 21 Maret 2025 | 04:00 WIB
header img
Ramadhan dikenal sebagai bulan ampunan. Namun tidak semua orang mampu memanfaatkan Ramadhan untuk mendapatkan ampunan dari Allah Ta’ala. (Foto: Ist)

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma, Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina; Ketua PCM Pagedangan, Tangerang

BULAN RAMADHAN adalah bulan penuh berkah, rahmat, dan ampunan. Allah Ta’ala menjadikan bulan ini sebagai kesempatan emas bagi setiap hamba-Nya untuk meraih pahala yang berlipat ganda, mendekatkan diri kepada-Nya, serta membersihkan diri dari dosa-dosa yang telah lalu.

Terlebih lagi saat ini Ramadhan telah memasuki fase di sepuluh hari terakhir. Jangan sampai kita salah dalam memilih strategi untuk memanfaatkan Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Kesalahan dalam memilih strategi dapat membuat kita termasuk ke dalam orang yang merugi di bulan Ramadhan. 

Tidak semua orang mampu memanfaatkan Ramadhan dengan baik. Bukannya pahala dan ampunan dari Allah Ta’ala yang kita dapatkan, yang ada justru menjadi orang yang merugi di bulan yang penuh kemuliaan ini. Berikut adalah golongan manusia yang merugi di bulan Ramadhan.

Manusia yang Tidak Memohon Ampunan di Bulan Ramadhan

Ramadhan dikenal sebagai bulan ampunan. Namun ternyata, tidak semua orang mampu memanfaatkan Ramadhan untuk mendapatkan ampunan dari Allah Ta’ala. Hal ini dapat kita ketahui dari hadits dari Abu Hurairah RA sebagai berikut:

Bahwa Nabi Muhammad SAW menaiki mimbar, lalu beliau mengucapkan “Aamiin” sebanyak tiga kali. Lalu beliau ditanya oleh para sahabat: “Wahai Rasulullah, engkau belum pernah melakukan ini sebelumnya. Ada apa?” Maka Nabi Muhammad SAW bersabda: “Jibril AS berkata kepadaku: Sungguh sangat merugi seseorang yang ia masuk ke dalam bulan Ramadhan lalu tidak diampuni dosanya. Aku pun mengucapkan aamiin.”

“Selanjutnya Jibril AS berkata sungguh sangat merugi seseorang yang disebutkan nama engkau di hadapannya lalu ia tidak bershalawat atasmu, maka aku pun mengucapkan aamiin. Selanjutnya, Jibril juga berkata sungguh sangat merugi seseorang yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya lalu ia tidak masuk surga, maka aku pun mengucapkan aamiin.” (HR. Ibnu Khuzaimah, Ahmad, Baihaqi, dan Bukhari).

Manusia yang Tidak Memanfaatkan Ramadhan untuk Beribadah

Allah Ta’ala telah memberikan keistimewaan pada bulan Ramadhan dengan menjadikannya sebagai waktu di mana pahala ibadah dilipatgandakan. Namun, ada orang-orang yang melewatkan kesempatan ini begitu saja. 

Mereka tetap sibuk dengan urusan duniawi tanpa memperbanyak amal ibadah seperti shalat malam, membaca Al-Qur’an, dan bersedekah. Bukannya memenuhi masjid untuk bersujud, namun malah berdesakan memenuhi tempat hiburan.

Padahal, Baginda Rasulullah SAW telah bersabda: "Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu."(HR. Bukhari dan Muslim).

Hadits di atas menegaskan bahwa Allah Ta’ala memberikan kesempatan sebesar-besarnya untuk para hamba-Nya mendulang pahala dan mendapatkan ampunan atas dosa-dosanya yang telah lalu.

Namun mereka tidak mengambil kesempatan tersebut, maka betapa meruginya mereka, padahal pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup di bulan ini.


Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto : Dok Pribadi)
 

Manusia yang Tidak Menjaga Lisannya

Salah satu keutamaan puasa adalah mengajarkan kita untuk menahan diri, bukan hanya dari makan dan minum, tetapi juga dari perkataan yang tidak baik. Namun, ada sebagian orang yang tetap sibuk dengan ghibah (menggunjing), fitnah, dan perkataan sia-sia.

Puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari segala bentuk dosa yang merusak pahala puasa. Maka, orang yang tidak menjaga lisannya di bulan Ramadhan termasuk orang yang merugi.

Baginda Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan buruk, maka Allah tidak butuh dia meninggalkan makan dan minumnya." (HR. Bukhari).

Berdasarkan hadits di atas, maka sia-sialah puasa seseorang yang tetap berkata dusta dan berbuat keburukan selama dia berpuasa. Puasanya tidak memiliki nilai sedikit pun, maka merugilah dia karena hanya mendapatkan lapar dan dahaga dari puasanya itu.

Manusia yang Tidak Meninggalkan Maksiat

Ramadhan seharusnya menjadi waktu untuk memperbaiki diri dan menjauhi maksiat. Namun, ada orang-orang yang tetap tenggelam dalam kemaksiatan seperti berbohong, berbuat curang dalam bisnis, menonton hal-hal yang haram, atau mendekati zina.

Allah Ta’ala berfirman yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah [2]: 183).

Takwa adalah melaksanakan segala sesuatu yang diperintah Allah dan Rasul-Nya serta menjauhi segala sesuatu yang dilarang Allah dan Rasul-nya. Jika seseorang tetap melakukan maksiat di bulan yang suci ini, berarti ia telah menyia-nyiakan kesempatan besar untuk meraih derajat takwa.


Ramadhan seharusnya menjadi waktu untuk memperbaiki diri dan menjauhi maksiat. Namun, ada orang-orang yang tetap tenggelam dalam kemaksiatan seperti berbohong, berbuat curang dalam bisnis. (Foto: Ist)
 

Manusia yang Tidak Memanfaatkan Lailatul Qadar 

Lailatul Qadar adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Malam ini adalah malam penuh keberkahan di mana setiap doa diijabah dan amal ibadah pahalanya setara dengan amal ibadah selama seribu bulan. 

Namun, sebagian orang malah lalai dan tidak bersungguh-sungguh dalam mencarinya. Baginda Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim).

Alangkah meruginya manusia yang menyia-nyiakan kesempatan untuk mendapatkan pahala yang setara dengan ibadah selama lebih dari 83 tahun, mendapatkan pengampunan atas dosa-dosanya, serta mendapatkan keberkahan luar biasa dari Allah Ta’ala.

Manusia yang Tidak Memperbanyak Sedekah dan Berbagi

Ramadhan adalah bulan di mana kita diajarkan untuk lebih peduli terhadap sesama, terutama kepada mereka yang kurang mampu. Namun, ada orang-orang yang tetap kikir dan enggan bersedekah.

Baginda Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan, dan kedermawanannya semakin bertambah di bulan Ramadhan. Dalam sebuah hadits kita dapat melihat keterangan bahwa: "Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan lagi pada bulan Ramadhan." (HR. Bukhari dan Muslim).

Orang yang tidak memanfaatkan Ramadhan untuk bersedekah termasuk orang yang merugi, karena sedekah di bulan ini memiliki pahala yang berlipat ganda. Oleh karenanya manfaatkanlah Ramadhan dengan berbagi walaupun hanya dengan sebutir kurma, seteguk air, atau segelas susu yang dicampur air.

Para pembaca Hikmah Jum’at yang budiman, Ramadhan adalah kesempatan emas bagi kita yang tidak boleh disia-siakan. Mari kita gunakan Ramadhan untuk mengoptimalkan segala bentuk ibadah kita kepada Allah Ta’ala.

Dekap erat Ramadhan tahun ini, isilah dengan berbentuk ibadah yang dapat kita lakukan dengan cara yang terbaik. Kita tidak pernah mengetahui apakah tahun depan akan bertemu kembali dengan Ramadhan. Ramadhan pasti kembali lagi, namun masih adakah kita di dunia ini tahun depan?

Semoga kita semua terhindar dari perilaku yang menyebabkan kita menjadi bagian dari golongan manusia yang merugi di bulan Ramadhan. Kita berharap kepada Allah, semoga kita termasuk golongan yang mendapatkan keberkahan Ramadhan dan bukan termasuk manusia yang merugi. (*)


Orang yang tidak memanfaatkan Ramadhan untuk bersedekah termasuk orang yang merugi, karena sedekah di bulan ini memiliki pahala yang berlipat ganda. (Foto: Ist) 
 
 
 

Wallahu a’lam bish-shawab.

 

Editor : Syahrir Rasyid

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut